Pernyataan Cak imin yang di nilai menuai kontradiktif dan telah membuat Beberapa sahabat dan teman HMI merasa geram, seperti Superhero dan melihat argumen cak imin sebagai Kesalahan Fatal, menempatkan Kader HMI sebut saja Hijau Hitam Sebagai kader yang tidak terbiasa untuk tumbuh dari bawah dan selalu tumbuh dari atas, ucapan itu telah membuat hampir kebanyakan kader HMI mencemooh dan Amuk pada cak imin. Tapi mari kita lihat secara sosiologi politik historis yang melandasi pernyataan cak imin tersebut.
Mengapa Mahbub Djunaidi memilih keluar dari HMI?
Agaknya sedikit lucu mendengar kebanyakan teman dari hijau hitam yang mengatakan bahwa Mahbub Djunaidi adalah kader HMI, karena definisi kader disini bukan sekedar mengikuti proses pengkaderan atau biasa di sebut LK 1, LK 2 dan LK 3, tapi selaras dalam garis perlawanan dan spirit perjuangan. Kader dalam pandangan yang lebih luas adalah mereka yang mampu menjalankan amanat, memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian, pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi. Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinuitas sebuah organisasi, dalam membentuk citra yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di organisasi.
Mahbub dalam sejarahnya adalah sastrawan, penulis dan seorang aktivisme sejati, berdiri di antara masyarakat marginal yang tidak pernah berhenti untuk mengkritisi kebijakan negara, gelar pendekar pena pun menempel pada dirinya karena mahbub tak henti hentinya mengkritisi Negara lewat tulisannya.
Mahbub yang saat itu duduk sebagai Ketua bidang pendidikan di PB HMI itu memilih untuk menjadi ketua PMII bukan tanpa Alasan yang tidak jelas.
Kiprah HMI di masa kemerdekaan Indonesia memang tidak bisa di elakkan, HMI juga pernah bersama dengan mahasiswa lainnya untuk berjuang melawan penjajah ketika Agresi Militer Belanda I. HMI yang lahir dari Ide besar Lafran Pane agaknya ingin melawan dominasi dari Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta yang notabene merupakan bagian dari PKI. Propaganda barat (baca: Kapitalis Amerika) untuk menggulingkan presiden Soekarno, berhasil dengan memanfaatkan pecahnya hubungan antara kelompok islam dan kelompoknya PKI mendapatkan puncaknya. Hijau hitam secara eksplisit disini masuk dalam skema tersebut, karena sejarah kelahirannya Perguruan Tinggi Islam (PTI) di Yogyakarta itu juga bentuk ketidaksukaan mereka terhadap PMY yang merupakan Underbouw PKI.
Ketidak sesuaian dengan semangat perjuangan Mahbub Djunaidi ini kemudian membuat sang pendekar pena memilih minggat dari HMI dan menjadi Ketua Umum PB PMII pertama, Organisasi besutan NU ini kemudian menjadi Kelompok mahasiswa yang paling keras teriak melawan praktik kebuasan elit.
HMI Era Orde Baru
Di masa orde baru kepemimpinan di HMI agaknya sudah semakin dewasa, umur PMII bahkan masih di seonggok jagung (balita). HMI yang waktu itu menjadi bagian dari tumbangnya Soekarno bergeser dari aktivisme melawan Kolonialisme ke aktivisme sempit, Geraknya agak tidak bebas, itu dikarenakan sebagian besar elitnya jadi bagian dari pemerintahan orde baru.
HMI yang waktu itu Dekat dengan orde baru melancarkan konsepsi politik ijo royo-royo membuat HMI menduduki kursi pemerintahan hampir lebih dari separuh di MPR RI (300 orang) adalah Alumni Hijau Hitam. Mengentalnya gerakan perlawanan kepada orde baru, kelompok cipayung (Minus HMI) Membentuk Forum Kebangsaan Pemuda Indonesia, sebagai bentuk protes terhadap masifnya politik aliran di Indonesia.
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia(ICMI) mengusung bendera representasi islam yang mayoritas dalam kekuasaan, sebagaimana diketahui bahwa ICMI merupakan organisasi yang terdiri dari Alumni HMI, Dengan dukungan dari pemerintah Soeharto ICMI melakukan ekspansi ke berbagai lini dengan ide islamisasi, di sektor ekonomi membentuk Bank Muamalat, di media mendirikan Republika yang merepresentasikan Koran Islam, di sektor modal mereka mendirikan BPR BPR Syariah. Di sektor ekonomi isu yang di bangun adalah Kemandirian ekonomi umat yang Anti China, sebagai kelompok yang di anggap merusak ekonomi Indonesia.
Tuduhan tanpa dasar terhadap ucapan cak imin adalah bentuk dari kegagalan Kader HMI dalam memahami historisitas dari sejarah panjang HMI yang menjadi organisasi tertua di Indonesia, sebagai kakak HMI patutnya menjadi contoh untuk adik-adiknya (baca: kelompok Cipayung), bukan malah menafsirkan argumen cak imin sebagai pemecah belah bangsa dan persatuan di Organisasi Mahasiswa.
Sebagai organisasi yang lahir dari kelompok masyarakat, HMI, PMII, GMNI, GMKI, KAMMI dan lain lain, adalah organisasi yang tetap membela kelompok kecil dalam medium apapun.
Tapi alangkah lebih lucu bila pernyataan cak Imin tersebut kemudian terjadi di PMII, kader yang lompat dan naik kereta listrik atau memiliki tiket VVIP (baca : Dekat dengan senior) atau elit partai misalnya PKB kemudian melupakan kader yang prosesnya lebih matang dan lebih lama dapat mereduksi kualitas kader, PMII (mungkin) akan mempraktikkan hal yang serupa bila lupa pada sejarah kelahiran dan spirit awal PMII di dirikan, sedari awal PMII melawan simbiosis mutualisme Patron-klien.
Tulisan ini bukan karena pembelaan antara junior kepada senior atau karena bertaklid buta pada Cak Imin sebagai Mantan Ketua PB PMII tapi upaya kritis untuk melihat secara historis dari pernyataan cak imin yang buat banyak orang marah.
Princebarakati