Budaya Gorontalo di Minahasa Utara, Sarhan Antili: Pentingnya Solid, Identitas dan Silaturahmi

ADV

Minahasa Utara, All-Time.id — Suasana penuh keakraban menyelimuti pelaksanaan Workshop Semarak Budaya Gorontalo yang digelar di Restoran Sweet Memory, Tontalete, Kecamatan Kema, Minahasa Utara, Kamis (18/8). Kegiatan yang berlangsung sederhana namun hangat ini tidak sekadar menjadi ajang diskusi budaya, melainkan juga momentum penting bagi warga Gorontalo di perantauan untuk mempererat silaturahmi, memperkokoh identitas, dan meneguhkan kembali warisan leluhur yang selama ini mereka junjung bersama.

Workshop ini menghadirkan berbagai tokoh masyarakat Gorontalo yang berdomisili di Sulawesi Utara, mulai dari pemuka adat, tokoh organisasi, hingga generasi muda yang peduli pada pelestarian budaya lokal dan nilai-nilai Islam yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan sosial warga Gorontalo. Kehadiran mereka memperlihatkan semangat kebersamaan yang kuat untuk terus merawat tradisi sekaligus menjadikan forum ini sebagai ruang refleksi bersama dalam menghadapi tantangan modernisasi dan arus globalisasi yang kian deras.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hardian Irfani, menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekadar pertemuan seremonial, tetapi memiliki makna mendalam sebagai bagian dari upaya bersama untuk memastikan budaya Gorontalo tetap hidup dan terdokumentasi dalam sejarah bangsa. Ia menegaskan, pemerintah bersama DPR RI berkomitmen agar tidak ada satu pun sejarah lokal yang luput dari catatan perjalanan Republik Indonesia. Pesan ini sekaligus menjadi dorongan moral bagi peserta agar lebih serius mengawal pelestarian budaya.

Di penghujung arahannya, Lalu Hardian Irfani menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada seluruh tokoh adat Gorontalo yang telah menjaga kelestarian budaya di tanah rantau. Ia juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas inisiatif dan partisipasi warga yang telah berperan aktif, karena menurutnya tanpa dukungan masyarakat, upaya pemerintah dalam memperkuat kebudayaan daerah tidak akan berjalan optimal.

Workshop ini menghadirkan empat narasumber yang menyampaikan pandangan dari perspektif berbeda. Suardi Idun Hamzah, Sekretaris KKIG Sulut, menyoroti aspek sejarah dan menjelaskan bagaimana migrasi warga Gorontalo ke Sulawesi Utara, termasuk ke Minahasa Utara, telah memberi warna tersendiri dalam perkembangan sosial budaya daerah tersebut. Sementara itu, Wakil Ketua KKIG Sulut, H. Husen Pedju, mengingatkan bahwa di tengah derasnya arus globalisasi, warga Gorontalo di perantauan harus tetap konsisten menjaga jati diri budaya agar tidak hilang ditelan zaman.

Ketua KKIG Minahasa Utara, H. Sarhan Antili, yang juga penggagas utama workshop, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal dalam memetakan potensi besar warga Gorontalo di wilayah tersebut. Ia menilai jumlah warga Gorontalo di Minahasa Utara cukup signifikan dan bisa menjadi kekuatan strategis dalam membangun daerah, baik dari aspek budaya, sosial, maupun ekonomi. Menurutnya, inventarisasi potensi ini penting agar warga rantau tidak hanya berperan dalam menjaga tradisi, tetapi juga mampu berkontribusi nyata dalam pembangunan.

Sementara itu, Arya Djafar, salah satu tokoh muda Gorontalo, menekankan pentingnya pendekatan baru melalui pemanfaatan teknologi digital dalam melestarikan budaya. Ia menilai, generasi milenial dan Gen Z akan lebih tertarik jika budaya Gorontalo diperkenalkan dengan cara-cara kreatif, seperti melalui media sosial, konten digital, maupun inovasi teknologi lainnya. Dengan demikian, tradisi yang diwariskan para leluhur tidak hanya dikenal di lingkungan sendiri, tetapi juga bisa menjangkau masyarakat luas hingga lintas generasi.

Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama antara Kementerian Kebudayaan dan DPR RI melalui peran aktif Lalu Hardian Irfani. Kehadiran program ini disambut hangat oleh masyarakat Gorontalo di Minahasa Utara dan dipandang sebagai bukti nyata perhatian pemerintah dalam memperkuat kebudayaan daerah. Lebih dari itu, kegiatan ini juga mendorong keterlibatan generasi muda agar lebih berperan dalam melestarikan dan mengembangkan tradisi di tengah arus modernitas.

Diskusi berlangsung hidup dan penuh semangat, dengan berbagai pandangan, ide, dan rekomendasi yang muncul dari peserta. Beberapa isu yang banyak dibicarakan antara lain pentingnya memperkuat organisasi budaya, strategi adaptasi tradisi di era digital, serta kolaborasi lintas generasi untuk menjaga warisan budaya Gorontalo tetap relevan dan diterima di tengah perkembangan zaman.

Acara kemudian ditutup dengan penampilan seni yang sarat makna, yakni lantunan Qasidah dan tarian tradisional Dana-Dana berbahasa Gorontalo yang dibawakan oleh Sanggar Budaya Kauditan II pimpinan Santi Dano dan Rima Dali. Pertunjukan ini memberikan suasana haru sekaligus kebanggaan bagi peserta, karena seni dan budaya kembali menjadi pemersatu. Acara penutup dilanjutkan dengan doa bersama dan ramah tamah yang semakin mempererat persaudaraan antarwarga Gorontalo di Minahasa Utara.

Workshop Semarak Budaya Gorontalo ini diharapkan tidak berhenti pada pertemuan singkat, melainkan menjadi awal dari gerakan kultural yang lebih besar. Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, organisasi masyarakat, dan warga Gorontalo sendiri, tradisi dan budaya yang diwariskan leluhur diyakini akan tetap lestari dan terus memberi manfaat bagi generasi mendatang.
Kohongia96

Related Articles

- Advertisement -
ADV

BERITA TERBARU